Di sebuah rumah panggung sederhana di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Sukabumi, tawa seorang bocah bernama Raya kini tinggal kenangan. Bocah berusia tiga tahun itu meninggal dunia dengan kondisi yang tak pernah terbayangkan: tubuh mungilnya dipenuhi cacing, hingga membuat publik terhenyak setelah kisahnya viral di media sosial.
Detik-Detik Raya Dibawa ke Rumah Sakit
Awal Juli lalu, kondisi Raya tiba-tiba memburuk. Ia tidak lagi ceria bermain seperti biasanya. Tubuhnya lemah, perut membuncit, dan kesadarannya menurun. Pada 13 Juli 2025, relawan Rumah Teduh Sahabat Iin mengevakuasi Raya ke RSUD Sekarwangi, Sukabumi.

Sesampainya di IGD, kejadian mengerikan itu terjadi. Dari hidung kecil Raya, keluar cacing sepanjang belasan sentimeter. Pihak medis menyebut infeksi itu sebagai askariasis, penyakit akibat cacing gelang (Ascaris lumbricoides) yang banyak menyerang anak-anak di lingkungan dengan sanitasi buruk.
Bukan hanya satu, cacing dalam jumlah besar ditemukan bersarang di tubuhnya. Bahkan, beberapa di antaranya telah menjalar hingga ke otak, menyebabkan penurunan kesadaran yang drastis. “Setiap hari cacing seberat hampir satu kilogram berhasil dikeluarkan dari tubuhnya,” ungkap tim medis RSUD Sukabumi.
Harapan yang Pupus
Selama hampir sepuluh hari Raya dirawat intensif. Keluarganya, yang sehari-hari hidup dalam keterbatasan, hanya bisa menatap dari sisi ranjang dengan hati hancur. Sang ibu, yang sedang menjalani pengobatan tuberkulosis (TB), tak kuasa menahan air mata melihat anaknya meregang nyawa dalam kondisi tragis.
Keterbatasan administrasi—tanpa BPJS dan kartu identitas lengkap—menambah beban keluarga. Relawan dan masyarakat sekitar bahu-membahu membantu, sementara warganet di media sosial menggalang doa dan dukungan setelah video kondisi Raya berdurasi 9 menit viral di Facebook.
Namun semua ikhtiar itu harus terhenti pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB. Raya berpulang, meninggalkan duka mendalam sekaligus pertanyaan besar: bagaimana mungkin, di negeri yang sudah lama menggembar-gemborkan program kesehatan anak, masih ada bocah yang meninggal akibat cacingan?
Lebih dari Sekadar Tragedi Pribadi
Gubernur Jawa Barat menyampaikan belasungkawa dan menegaskan tragedi ini tak boleh terulang. Ia menyoroti lemahnya fungsi posyandu dan pemantauan kesehatan di tingkat desa. “Seharusnya, ada intervensi sejak dini. Posyandu, PKK, dan tenaga medis desa tidak boleh lengah,” tegasnya.
Kisah Raya menggugah kesadaran bahwa penyakit cacingan bukan masalah sepele. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan jutaan anak Indonesia berisiko terinfeksi cacing setiap tahunnya, terutama di wilayah pedesaan dengan sanitasi minim.
Peringatan untuk Kita Semua
Kini, rumah kecil Raya di Sukabumi terasa lebih sunyi. Tidak ada lagi suara bocah yang berlari riang di halaman tanah yang basah. Kepergiannya menjadi luka sekaligus peringatan. Bahwa di balik gempita pembangunan, masih ada anak-anak yang rentan, terabaikan oleh sistem, dan akhirnya menyerah pada penyakit yang seharusnya bisa dicegah.
Raya mungkin telah tiada. Tetapi kisahnya meninggalkan pesan mendalam: jangan biarkan anak-anak lain tumbuh dalam ancaman cacingan, tanpa sanitasi layak, tanpa akses kesehatan, dan tanpa kepedulian kita.
Penulis : Moch Fahmi Amiruddin










