Jakarta, 27 Agustus 2025 — Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menggelar rapat kerja bersama Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada Rabu (27/8) di kompleks parlemen, Jakarta. Rapat ini membahas evaluasi program kerja tahun berjalan serta rencana strategis kebudayaan nasional untuk tahun anggaran 2026.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kebudayaan menyoroti pentingnya pelestarian warisan budaya di tengah perkembangan teknologi dan arus globalisasi, serta menekankan perlunya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan ekosistem kebudayaan yang inklusif.
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKB, Habib Syarief Muhammad, dengan penuh ketegasan namun tetap berbalut kepedulian mendalam terhadap masa depan bangsa, menyampaikan pandangannya mengenai arah kebijakan Kementerian Kebudayaan. Dalam rapat pada Rabu (27/08/2025), beliau menyoroti bahwa rancangan anggaran yang disusun belum mampu mencerminkan peran besar sebuah kementerian yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam merawat sekaligus memajukan kebudayaan nasional.

“Dengan cakupan yang begitu luas, anggaran ini justru lebih menyerupai alokasi setingkat direktorat jenderal, bukan sebuah kementerian,” ungkap Habib Syarief, menegaskan bahwa ada ketimpangan antara beban tugas besar yang dipikul dengan sumber daya yang disediakan.
Beliau juga mengingatkan bahwa di banyak negara maju, keberhasilan kebudayaan tidak hanya lahir dari program pemerintah semata, tetapi juga ditopang kuat oleh keterlibatan industri besar yang berdiri di belakangnya. Sayangnya, Indonesia hingga kini belum sepenuhnya berhasil mengajak perusahaan-perusahaan besar untuk ikut menjadi bagian penting dalam memback-up pembangunan kebudayaan nasional.
“Jika kita ingin kebudayaan Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga berjaya dan mendunia, maka kolaborasi lintas sektor harus menjadi keniscayaan. Dunia usaha harus hadir, berdampingan dengan negara, agar kebudayaan benar-benar menjadi kekuatan bangsa,” tegas Habib Syarief dengan suara yang sarat keprihatinan sekaligus harapan.
Pernyataan tersebut menjadi pengingat bahwa kebudayaan bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan fondasi jati diri bangsa dan modal besar untuk masa depan Indonesia.
Editor. Budiman Yahya









