
Photo Istimewa Fardan Abdul Basith, M.Pd
Oleh: Fardan Abdul Basith
Integritas pemuda merupakan modal sosial penting dalam mewujudkan tata kelola pendidikan, pemerintahan, dan pemberdayaan masyarakat yang efektif. Artikel ini bertujuan menguraikan lima alasan fundamental mengapa Indonesia membutuhkan anak muda berintegritas menjelang Indonesia Emas 2045, serta menganalisis peluang dan tantangan implementasinya. dengan menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi literatur (library research) dengan analisis deskriptif-analitik. Data diperoleh dari buku, artikel jurnal internasional maupun nasional, laporan kebijakan, dan dokumen pemerintah terkait pembangunan pemuda dan integritas. Hasil kajian menunjukkan bahwa pemuda berintegritas berperan sebagai (1) penopang tata kelola yang bersih, (2) pendorong inovasi berkelanjutan, (3) penguat modal sosial, (4) penjaga bonus demografi, dan (5) konsistensi nilai dalam pendidikan dan kepemimpinan. Peluang yang terbuka antara lain bonus demografi, digitalisasi, dana desa, ekonomi hijau, dan kolaborasi kampus–komunitas. Namun, terdapat tantangan berupa budaya transaksional, disinformasi digital, komersialisasi pendidikan, tekanan struktural, dan kesenjangan kapasitas tata kelola. Kesimpulannya, integritas pemuda harus ditumbuhkan melalui pendidikan karakter, literasi digital etis, tata kelola partisipatif desa, dan sistem insentif berbasis integritas. Artikel ini memberi kontribusi konseptual pada kajian Manajemen Pendidikan Islam dan pemberdayaan masyarakat desa, sekaligus menawarkan model penguatan integritas pemuda sebagai modal sosial menuju Indonesia Emas 2045.

Menuju Indonesia Emas 2045, pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara maju dengan ekonomi terbesar ke-5 dunia (Bappenas, 2019). Bonus demografi yang akan mencapai puncak pada periode 2030–2040 menghadirkan potensi sekaligus risiko. Tanpa integritas, bonus demografi justru dapat berubah menjadi bonus deviasi berupa meningkatnya penyimpangan etika, polarisasi, dan degradasi kepercayaan publik.
Dalam konteks Manajemen Pendidikan Islam yang perlu kita sadari bersama adalah, bahwa integritas dimaknai sebagai keselarasan antara amanah (trustworthiness), istiqamah, keadilan (al-‘adl), dan kemaslahatan (al-mashlahah). Nilai ini menjadi pondasi dalam mencetak generasi pemimpin yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga jujur, adil, dan konsisten.
Artikel ini menguraikan:
- lima alasan fundamental mengapa pemuda berintegritas penting bagi Indonesia,
- peluang dan tantangan menuju Indonesia Emas 2045, serta
- tawaran model konseptual penguatan integritas dalam pendidikan dan pemberdayaan desa.
dari hasil analisis yang saya lakukan bahwa memberikan pernyataan terhadap sosok pemuda.
KENAPA INDONESIA BUTUH ANAK MUDA ?
Pertama, Analisis sederhana yang saya lihat dalam fenomena akhir-akhir ini kerap kali yang saya temukan bahwa anak muda sekarang menguasai teknologi, setidaknya anak muda menyadari bahwa kecepatan adalah normalitas dalam laju zaman, Digitalisasi bukan hal yang tabu tapi peluang untuk menciptakan perubahan. Tidak semua dari kami memiliki akses yang sama untuk terhubung atau bisa saling interkonektiviti, dengan kata lain tidak semua anak muda di Indonesia memiliki freevilage atau anak muda “titipan”.
Kedua, Anak muda memiliki kemauan untuk terus belajar, di Negeri ini kita sangat menyadari betul, bahwa pemerintah butuh keterlibatan orang yang seterusnya mau belajar. Anak muda memiliki stock energi dan waktu, untuk merasa bisa saja ketika dihadapkan dengan kegagalan berani melawan arus, dan tidak gentar keluar dari zona nyaman. kami menyenangi inovasi, penelitian dan pencarian terhadap sebuah realitas yang mutlak harus dibenarkan. tidak terbatas pada ruang-ruang kelas yang cendrung ekslusif. kami berpegang bahwa setiap orang adalah guru, semua tempat adalah sekolah, setiap kondisi adalah pembelajaran bagi kami yang haus akan ilmu pengetahuan.
Saya teringat sebuah ungkapan Ir. Soekarno pada kesempatan pidatonya;
“Barang siapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam”.
Ungkapan diatas memberikan semangat besar dan motivasi tinggi bagi kami untuk terus membangkitkan nalar intelektual kami agar tidak terjebak pada “Deviasi”, kata-kata tersebut juga bukan hanya sekedar sandaran semata, konotasi mutiara adalah sebuah pencapaian dari anak muda yang harus mampu memfungsikan dirinya sebagai, komunikator, integrator, dan akselerator, pada laju zaman. Maka menjadi sukses bagi anak muda adalah sebuah pencapaian dari setiap proses penyadaran terhadap realitas lingkungan sosial dalam kendali studi budaya. ini membuktikan bahwa anak muda memiliki argumentasi jelas, serta dapat menjadi lokomotif terhadap perubahan peradaban.
Ketiga, Anak muda menyadari bahwa beda itu biasa banget, instagram, Twiter, Youtube, facebook, hari ini sering diisi berita seputar aktor-aktor koruptor yang menyelewengkan kesewenang-wenangannya untuk mengibuli masyarakat demi sebuah narasi “Serakahnomic”, juga tentang hingar bingar gaji DPR yang pantastis, justru dinilai Ansich terhadap kenyataan dan keprihatininan masyarakat, padahal kan mereka wakil rakyat, yang kata iwan fals “Seharusnya Merakyat, Jangan Tidur Waktu Sidang Soal Rakyat” serta jangan tidur melihat ketidak adilan dinegeri ini. tapi maaf yang perilakunya korup itu bukan dari golongan kami, Bagi Kami perbedaan adalah kekuatan bukan perselisihan. Narasi toleransi dan intoleransi, radikal bukan kelas kami, untuk itu dijadikan penggiringan opini. Perbedaan pendapat, suku agama, ras atau golongan adalah hal biasa yang juga disikapi biasa saja.
Keempat, Anak muda bukan barisan pasif, mengurai makna Anak Muda hari ini kita melihat baha Anak muda mampu berpangku tangan. bukan mental meminta-minta, tidak buta melihat suasana tapi pandai membaca situasi, Anak muda menyadari bahwa setiap kondisi adalah potensi, maka inovasi teknologi adalah keniscayaan Pergerakan adalah identitas sebuah bangsa yang unggul serta berprestasi.
Kelima, Anak muda senang kolaborasi, bicara Anak muda hari ini bahwa keterbatasan adalah bukti, bahwa kerjasama adalah kunci sebuah kesuksesan, Hari ini jika Anak muda bergerak sendiri tidak akan memiliki tempat. Maka kami sangat tidak peduli agama-mu apa, suku-mu apa dan dari mana, pilihan politikmu apa, atau apapun organisasi yang membesarkanmu, selama masih memiliki tujuan yang baik dan tidak bungkam terhadap kebenara, demmi kebermanfaatan, maka kita satu golongan. PEACE
Lima Alasan Anak Muda Berintegritas Yang dibutuhkan Indonesia
- Penopang Tata Kelola (Good Governance): pemuda berintegritas mencegah korupsi sejak level organisasi.
- Pendorong Inovasi Berkelanjutan: integritas menjamin inovasi yang jujur terhadap data dan berdampak positif.
- Penguat Modal Sosial: anak muda berintegritas meningkatkan kepercayaan publik.
- Safeguard Bonus Demografi: integritas menjaga arah pembangunan dari penyimpangan.
- Konsistensi Nilai Pendidikan & Kepemimpinan: budaya organisasi pendidikan dipengaruhi pemimpin yang berintegritas.
Peluang Menjelang Indonesia Emas 2045
- Bonus demografi sebagai tenaga produktif.
- Transformasi digital yang membuka ruang inovasi etis.
- Dana desa sebagai ruang tata kelola partisipatif.
- Ekonomi hijau dan sirkular.
- Kolaborasi kampus–komunitas melalui living lab.
Tantangan yang Dihadapi
- Budaya transaksional dan gratifikasi kecil.
- Disinformasi digital.
- Komersialisasi pendidikan dan praktik plagiarisme.
- Tekanan struktural birokrasi dan politik.
- Keterbatasan kapasitas tata kelola di desa.
Tawaran Model Konseptual
Penulis menawarkan model Integrity by Design dengan empat elemen utama:
- Pendidikan karakter etis berbasis nilai Islam (amanah, al-‘adl, istiqamah).
- Sistem tata kelola partisipatif di desa dengan open data.
- Literasi digital etis untuk mencegah disinformasi.
Skema insentif berbasis integritas (Integrity Award di sekolah, kampus, dan desa).
Kesimpulannya bahwa Integritas pemuda merupakan modal sosial krusial dalam membangun Indonesia Emas 2045. Pemuda berintegritas tidak hanya menjaga tata kelola, tetapi juga mendorong inovasi, memperkuat modal sosial, dan memastikan bonus demografi menjadi berkah. Tantangan utama berupa budaya transaksional dan disinformasi digital harus diatasi dengan pendidikan karakter, literasi digital, tata kelola partisipatif, dan sistem insentif integritas.
Penulis: Fardan Abdul Basith (Akademisi, Pemberdaya, dan Penulis Buku, Aktivis) Saat ini tercatat sebagai Mahasiswa S3 Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Awardee Beasiswa LPDP BIB Kemenag RI)









