Di sebuah kampus sederhana di sudut kota Cianjur, lahirlah sebuah kisah yang membuktikan bahwa mimpi besar tidak hanya milik mereka yang berada di pusat gemerlap kota. Fardan Abdul Basith, dosen tetap Pendidikan Agama Islam (PAI) di STAINU Cianjur, baru saja menorehkan prestasi membanggakan: meraih Beasiswa S3 LPDP – Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) Kementerian Agama RI.
Mengubah Keterbatasan Jadi Kekuatan

Di tengah keterbatasan, saya menemukan kekuatan. Dan meneruskan jejak Langkah. Malam-malamnya dihabiskan untuk membaca jurnal ilmiah, menulis proposal penelitian, dan berlatih wawancara. Mencoba menguatkan diri untuk tidak pernah mengeluh, sebab prinsip hidup yang dijadikan motivasi diri saya meyakini pesan :
“Barang siapa ingin menguasai dunia, maka kuasailah ilmu; barang siapa ingin menguasai akhirat, maka kuasailah ilmu; dan barang siapa ingin menguasai keduanya, maka kuasailah ilmu.”-Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Kutipan ini bukan sekadar nasihat, tetapi kompas hidupnya.
Kini, setelah berhasil meraih beasiswa, saya terus belajar dan tidak ingin berhenti. Fokus penelitiannya nanti akan diarahkan pada manajemen pendidikan Islam yang adaptif terhadap era digital, tanpa kehilangan nilai-nilai moral dan spiritual.
Pulang untuk Mengabdi
Bagi Fardan sapaan akrabnya, keberhasilan ini bukan akhir, melainkan awal pengabdian yang lebih besar. Ia ingin kembali ke Cianjur, membangun pendidikan yang memerdekakan pikiran sekaligus menumbuhkan akhlak.
Seperti pesan yang sering ia kutip :
“Pendidikan adalah tiang penyangga peradaban; runtuhnya pendidikan akan runtuh pula peradaban itu.”-Ibnu Khaldun
Kisah Fardan Abdul Basith adalah pengingat bahwa mimpi besar bisa tumbuh di tanah yang sederhana. Dari kampus Harokah di Cianjur, ia membuktikan bahwa keyakinan, doa, dan kerja keras adalah tiket untuk mengubah keterbatasan menjadi kejayaan.
Perjalanannya tidak berlapis kemewahan. Gajinya sebagai dosen tetap di kampus daerah jauh dari kata besar, fasilitas riset terbatas, dan kesempatan mengembangkan diri tidak semudah yang dimiliki rekan-rekan di universitas ternama. Namun, ia menghidupi sebuah keyakinan bahwa keterbatasan bukan penghalang, melainkan titik tolak.
“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.” – Nelson Mandela.
Kutipan ini menjadi salah satu pegangan Fardan sejak awal kariernya. Ia percaya, pendidikan adalah senjata yang tidak hanya mengubah diri, tetapi juga mengubah masa depan masyarakat.
Di setiap tahap seleksi beasiswa, mulai dari administrasi, tes bakat skolastik, kemampuan bahasa, hingga wawancara, Fardan membawa satu hal: niat tulus untuk kembali dan mengabdi. “Saya tidak ingin pendidikan doktoral ini menjadi kebanggaan pribadi semata. Saya ingin kembali ke Cianjur, ke kampus ini, untuk memajukan pendidikan Islam dan membimbing generasi muda,” ujarnya dengan mata berbinar.
Sejak menjadi mahasiswa, ia memupuk mimpi untuk menempuh pendidikan doktoral. Namun, waktu demi waktu, ia belajar bahwa mimpi memerlukan pengorbanan. Ada malam-malam yang ia habiskan di depan laptop tua untuk menulis proposal penelitian, ada hari-hari libur yang ia isi dengan mengajar tambahan demi menabung biaya persiapan.
“Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.” Mahatma Gandhi.
Prinsip inilah yang membuat Fardan terus belajar tanpa henti, meski di tengah kesibukan mengajar dan mengurus administrasi kampus.
Bagi STAINU yang dijuluki sebagai kampus harokah bahwa Akademisi Organik adalah simbol bahwa kualitas tidak ditentukan oleh lokasi kampus. “Ini membuktikan bahwa dari kampus Harokah, kita bisa melahirkan akademisi yang bersaing di tingkat nasional bahkan internasional,” ungkap salah satu kolega dosennya.
Kini, saya bersiap menuju jenjang doktoral dengan fokus riset pada manajemen pendidikan Islam yang adaptif terhadap era digital, sekaligus mengakar pada nilai-nilai moral dan kebangsaan. Ia bertekad untuk membangun pendidikan yang tidak hanya mencetak lulusan pintar, tetapi juga manusia berkarakter.
“An investment in knowledge pays the best interest.” Benjamin Franklin.
Kisah Fardan Abdul Basith adalah bukti hidup dari investasi ilmu. Dari kampus kecil di Cianjur, ia membuktikan bahwa tekad, kerja keras, dan keyakinan mampu membuka jalan menuju mimpi yang dulu tampak jauh.
Penulis: Dr (C) Fardan Abdul Basith. M.Pd Dosen Tetap Program Studi (PAI) Pendidikan Agama Islam (STAINU) Cianjur












2 Komentar
Sangat menginspirasi sekali. Selamat dan cepat selesaikan doktornya.
Khoerunnas Anfauhum Linnas menjadi spirit Kang Candidat Doktor ini. Semoga terus menular semangat kebermanfaatannya.